Selasa, 14 Mei 2013

MENGAMPUNI TIDAK MUDAH TAPI HARUS . . .

Terkadang kita menyakiti hati sahabat, keluarga tanpa kita sadari, kita pun mengalami hal yang sama, tidak ada pelayanan yang tidak mengalami sakit, namun harus mengampuni . . . .

PENILIK JEMAAT DAN DIAKEN dalam GEREJA Penguasa atau Pelayan?

 Sebuah buku yang bagus bagi Hamba Tuhan dan Majelis, kaena buku ini menjelaskan secara gamblang yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus tentang Penilik Jemaat/Elders dan Diaken.

Secara jelas seorang Penilik Jemaat/Elders itu jabat oleh seorang gembala sidang atau Hamba Tuhan yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara rohani serta meyakinkan kalau kerohanian jemaat mengalami pertumbuhan dengan berbagai cara termasuk didalamnya memikirkan program gereja untuk memajukan kerohanian setiap anggota jemaat.

Sedangkan seorang Diaken dipanggil untuk meyakinkan bahwa seluruh proses dan program gereja untuk menjangkau dan memajukan kerohanian jemaat dapat terlaksana dengan baik tanpa terhalang sekalipun oleh dana maupun oleh daya, oleh sebab itu panggilan Diaken harus memenuhi daya dan dana untuk pencapaian tersebut, termasuk didalamnya memenuhi kehidupan ekonomi jemaat yang sudah dalam hal ekonomi yang dikarenakan kesusahan pekerjaan atau karena kondisi kesehatan yang terganggu serta kondisi mental. Diaken harus memberikan pemeliharaan terutama kepada para janda dan anak yatim yang ada di jemaat tersebut.

Seringkali kedua jabatan pemerintahan gereja ini mengalami tumpang tindih karena tidak adanya batasan-batasan yang jelas secara tertulis dan yang pernah disepakati bersama, memang harus diperjelas karena sangat berbahaya bisa terjadi perpecahan karena kepentingan salah satu pihak.

Didalam buku ini jelas memberikan batasan yang baik serta syarat-syarat yang jelas bagi pemangku jabatan tersebut serta bagaimana menjalaninya. Menurut saya tentu kedua jabatan ini harus saling menghormati dan saling menghargai, karena keduanya harus saling melengkapi satu dengan lainnya karena tanpa Diaken maka Penilik Jemaat akan kesulitan menjalankan pembinaan rohaninya, demikian pula sebaliknya Diaken akan menjadi sia-sia keberadaannya kalo tidak ada Penilik jemaat yang memastikan pembinaan dan penjangkauan itu jalan. Memang harus kuat dan kompak, dan harus berhati-hati senantiasa dengan arus luar yang seringkali justru tidak membantu namun membuat suasana dan kondisi menjadi kacau.

Semoga buku ini mampu menjadi berkat bagi lebih banyak orang lagi khususnya para Penilik Jemaat dan Diaken semakin mengerti posisi masing-masing sehingga bisa menghormati posisi yang lain,

Solideo Gloria