KAMI JUGA INDONESIA!!!!

Pada akhir 50-an dan awal tahun 60-an pernah terjadi
peristiwa pengusiran terhadap kaum Tionghoa, yang selalu menjadi sasaran
tembak orang pribumi yang dikarenakan
turunan Tionghoa menguasai perdagangan dan ekonomi. Hal tersebut menimbulkan kecemburuan sosial dan
kebencian sepihak, sedangkan para turunan Tionghoa yang menerima didikan dari
orang tua, ilmu berdagang sehingga tidak menjadi kesulitan untuk meneruskan
ilmu tersebut walaupun kesulitan modal pada awalnya.
Keuletan dan kerja keras turunan Tionghoa memberikan
dorongan dan semangat bagi mereka untuk berjuang terus di bidang perdagangan
walaupun tidak sedikit tindakan sara, pencurian dan penipuan serta pemaksaan
yang diberlakukan oleh pemerintah dan penduduk pribumi.
Hari ini isu tersebut masih menjadi isu utama untuk memecah
belah dan untuk mencari kambing hitamnya, urusan negara, urusan politik, urusan ekonomi, urusan pajak,
urusan apa saja maka sasaran tembaknya dan korban utama yang siap untuk
disembelih adalah kaum turunan tionghoa, sangat tragis dan menyakitkan,
peristiwa reformasi tahun 1998 menjadi peristiwa terbesar kaum turunan tionghoa di kejar, diperkosa, di
jarah dan di korbankan walaupun hal tersebut tidak ada hubungannya dengan etnis
turunan tionghoa yang sudah ada sejak akhir tahun 1400-an di Indonesia. Isu
sara inipun masih terjadi sampai hari ini, turunan tionghoa masih menjadi
tumbal, dari segala peristiwa yang ada.
Itulah sebabnya karena trauma yang panjang, sangat sedikit
turunan tionghoa yang mau menjadi PNS, ABRI, apalagi masuk dalam dunia politik,
karena ujung-ujungnya akan menjadi korban sembelihan, namun kebangkitan
tersebut terpapar jelas pada diri Ko Ahok yang memiliki prinsip “diam aja di
injak, jadi lebih baik sekalian bersuara walaupun akhirnya juga di injak”,
memang ada perlawanan, memang ada perjuangan, tp untuk ikut berteriak merdeka!!!
Masih ada trauma yang dalam, luka yang
menyakitkan, puluhan tahun, entah sampai kapan . . . . akhirnya mentalitas “kau minta apa saya kasih”
agar bisa diperlakukan sedikit manusiawi.
Ahok berjuang bukan untuk dirinya, bukan untuk etnis turunan
tiionghoa, tapi untuk Indonesia, kami juga cinta Indonesia, darah kami juga
mengalir merah-putih, kami juga mau berjuang bagi bangsa ini, kami juga mau
bangkit, berilah kami sedikit celah untuk menunjukkan kepatriotisan kami, KAMI JUGA INDONESIA.
By: Eddy Thung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar